Jumat, 23 September 2011

AKP DAN IKWAN

 AKP DAN IKWAN

hmad Dzakirin
Salah satu konsekuensi yang tak dapat dihindari dari revolusi rakyat di Timur Tengah adalah naiknya peran regional Turki di kawasan tersebut. Turki akan semakin kokoh menempatkan dirinya sebagai kekuatan regional potensial.
8 Februari, salah seorang pemimpin Ikhwanul Muslimin, Ashraf Abdel Ghaffar Mesir berada di Istambul untuk meminta perlindungan politik di Turki. Dia menyatakan akan berada di Turki hingga aksi demonstrasi menggulingkan Mubarak sukses. Ghaffar disebut-sebut memuji peran yang dimainkan Turki dalam mendorong demokratisasi dan berjanji menjadikan AKP sebagai model Mesir pasca Mubarak.  Didepan  media Turki, Ghaffar menyatakan akan ada dialog antara Ikhwan dengan AKP.
Bangkitnya demokrasi di Timur Tengah telah menjadikan Turki secara de facto pelindung Ikhwanul Muslimin. Sebelumnya Erdogan memediasi permusuhan antara rejim Basyar Assad, Suriah dan Ikhwan. Dia secara langsung meminta pemimpin Suriah mencabut UU hukuman mati kepada para pemimpin Ikhwan. Pertalian Ikhwan dan AKP Turki akan memberi warna politik domestik Mesir kedepan. Selain itu, Turki memberi akses politik bagi Hamas –sayap Ikhwan di Palestina- untuk didengar masyarakat internasional.
Sementara itu, rejim-rejim otokrat yang indepeden terhadap pengaruh AS di Timur Tengah jauh sebelumnya relatif menerima kehadiran Turki sebagai mediator perdamaian bagi mereka. Iran, Suriah, dan Lebanon.  Namun sebaliknya, Negara-negara diktator yang menjadi sekutu AS di Timur Tengah seperti Mesir, Yordan dan Arab Saudi tidak begitu mempedulikan peran Turki. Arab Saudi secara halus menolak mediasi Turki dalam konflik Negara itu dengan suku Houthi di perbatasan Yaman. Sedangkan kebijakan Turki yang menyambut hangat Hamas mengancam rejim Mubarak baik secara domestic maupun regional. Mesir takut kehilangan kredibilitasnya sebagai mediator perdamaian di Timur Tengah dan secara domestik, semakin kuatnya peran Hamas akan mempengaruhi Ikhwan di Mesir.  
Namun seiring jatuhnya rejim diktator Mesir dan Tunisia tak pelak akan berpengaruh kepada negara-negara tersebut (Saudi, Yordan, Emirat Arab dan Bahrain). Seandainya negara-negara tersebut tidak jadi jatuh karena gelombang revolusi rakyat, namun setidaknya rejim yang berkuasa akan sangat berhati-hati dalam mengambil kebijakan yang berkaitan dengan isu Arab, Islam dan konflik Palestina-Israel. Mereka akan menjadi sangat hati-hati agar tidak dilihat sebagai boneka kepentingan AS di kawasan Timur Tengah. Kebijakan yang sangat dipandang tidak popular di mata bangsa Arab. Terlebih sebelum gelombang revolusi rakyat, Erdogan menjadi sosok popular di hampir setiap sudut ibukota-ibukota Arab. Dia dianggap sebagai pahlawan Arab dan Islam. Mengutip Ramzi Baroud, gambar Erdogan lebih banyak dipasang ketimbang gambar raja dan presidennya sendiri. Dan Turki pula menjadi negara pertama yang mendukung revolusi rakyat Mesir, bahkan mendahului sang kampiun demokrasi, AS.
Tidak pelak, lanskap politik kawasan Timur Tengah akan tidak sama lagi. Peran politik Turki akan semakin kokoh dan bukan tidak mungkin, jika Turki kemudian berpotensi menjadi pemimpin de facto di kawasan Timur Tengah.
Peran itu diperkokoh dengan eksistensi Ikhwan sebagai pemain kunci dalam politik Mesir dan boleh jadi di kawasan Timur Tengah. Di Tunisia, gerakan An Nahdlah, sayap Ikhwan menjadi kelompok oposisi terbesar. Popularitas gerakan itu semakin meningkat seiring kembalinya Rasyid Ganoushi dari pembuangannya. Sedangkan menurut Emir Dubai, -mengutip bocoran Wikileaks- Ikhwan akan menang jika pemilu diselenggarakan secara jujur di kawasan Teluk.
Memang AKP telah menghapus jejak Islamisme ala Mili Gorusnya Erbakan –banyak pengamat menilai visi ini sejalan dengan Ikhwan. AKP menolak agenda Islamisme ala Partai Refah. Meski demikian, kedua kekuatan politik ini tetap memiliki banyak pandangan yang sama berkaitan dengan kepentingan tradisional dunia Islam dan Arab. Setelah alienasi Turki dalam Uni Eropa, Turki kemudian menjalankan agenda politik luar negerinya sendiri. Agenda politik ini  dalam prakteknya sejalan dengan kepentingan Arab dan dunia Islam.  Kemerdekaan Palestina, isu nuklir Iran, konflik Arab-Israel  dan independensi negara-negara Islam.
Dalam perspektif IR, Ikhwan menjadi sekutu dan suara politik luar negeri Turki di Mesir dan boleh jadi Tunisia.  Seterusnya Turki akan menjadi pelindung gerakan ini, seperti  halnya Iran atas Hizbullah.
Revolusi rakyat Arab semakin memperkokoh  politik luar negeri Turki di Timur Tengah. Jika sebelumnya, rejim sekuler sebelum 2002 berkiblat ke barat, maka naiknya AKP mendorong kebijakan LN Turki lebih mandiri dan berkiblat kepada kepentingan nasionalnya sendiri. Pemerintahan ‘Islamis’ AKP telah menggeser dan memperluas sphere of influence Turki ke  Timur Tengah dan kawasan Kaukasus.  Jika sebelumnya kebangkitan politik regional Turki terhambat karena kecemburuan rejim otokratik pro AS dan isolasi politik Barat maka revolusi rakyat Arab telah memulihkan dan memperkokoh leverage politik Turki di dunia Arab. Dan peran  itu dimediasi gerakan Ikhwanul Muslimin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar